Sebahagian daripada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih (susah) karena tertinggalnya suatu amal perbuatan kebaikan, (kewajiban), juga tidak menyesal jika terjadi berbuat suatu pelanggaran dosa.
Dalam suatu hadits Rasulullah saw. bersabda :
Siapa yang merasa senang oleh amal kebaikannya, dan merasa sedih/menyesal atas perbuatan dosanya, maka ia seorang mukmin (beriman).
Abdullah bin Mas’ud ra. berkata :
Ketika kami dalam majlis Rasulullah saw tiba-tiba datang seorang turun dari kenderaannya
dan mendekat kepada Nabi saw. dan berkata : Ya Rasulullah, saya telah melelahkan kenderaanku selama sembilan hari, maka saya jalankan terus menerus selama enam hari, tidak tidur diwaktu malam dan puasa pada siang hari, hingga lelah benar kenderaanku ini,
keperluannya hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang telah merisaukan hatiku hingga tidak dapat tidur.
Lalu ditanya oleh Nabi saw. :
Siapakah engkau ?
Jawabnya : Zaidul-Khoir.
Berkata Nabi : Engkau Zaidul-Khoir, tanyakanlah kemungkinan sesuatu yang sukar itu aku sudah pernah ditanyainya.
Berkata Zaid : Saya akan bertanya kepadamu tandanya orang yang disukai oleh Allah dan yang tidak disukai (yang dimurkai)?
Jawab Nabi saw : Untung, untung, bagaimanakah keadaanmu kini hai Zaid.
Jawab Zaid : Saya kini suka kepada amal kebaikan dan orang-orang yang melakukan amal kebaikan, bahkan suka akan tersebarnya amal kebaikan itu, dan bila aku ketinggalan merasa menyesal dan rindu pada kebaikan itu, dan bila aku berbuat amal sedikit atau banyak, tetap saya yakin akan pahalanya.
Jawab Nabi saw. : Ya itu, yaitulah dia, andaikan Allah tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan yang lain dari itu, dan tidak perduli di jurang yang mana engkau akan binasa.
Berkata Zaid : Cukup-cukup, lalu ia berangkat kembali di atas kendaraannya itu.