92) Di dalam masa kelapangan hawa nafsu dapat mengambil bagiannya karena gembira, sedang dalam masa sempit tidak ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu.
Karena itu manusia lebih aman dalam kesempitan, karena hawa nafsu tidak dapat memperdaya.
Abul Hasan As Syadzily ra. berkata :
Al Qabdhu Wal Basthu (Hati Risau dan Hati Riang) selalu silih berganti dalam perasaan tiap hamba, bagaikan silih berganti siang dan malam.
Dan sebabnya Qabdhu (risau hati) itu salah satu dari tiga :
1. Karena dosa atau
2. kehilangan dunia, atau
3. dihina orang.
Maka ada seorang hamba,
1. jika merasa berdosa harus segera bertobat
2. jika kehilangan dunia, harus rela dan menyerah kepada hukum Allah,
3. jika dihina orang harus sabar.
Dan jagalah dirimu jangan sampai kamu merugikan (aniaya) lain orang, dan apabila terjadi Qabdhu (risau hati) itu tidak diketahui sebabnya, maka harus tenang menyerah.
Insya Allah jika tenang menyerah, tidak lama akan sirna masa gelap dan
berganti dengan terang, ada kalanya terang bintang yaitu ilmu atau sinar bulan yaitu tauhid, atau matahari yaitu ma’rifat, tetapi jika tidak tenang dimasa gelap (risau hati) mungkin akan terjerumus dalam kebinasaan.
Adapun dalam masa Basthu (riang hati), maka sebabnya adalah :
1. Karena bertambahnya kelakuan ibadat (taat) dan
2. bertambahnya ilmu ma'rifat atau karena bertambahnya kekayaan atau kehormatan, dan
3. kerana pujian dan sanjungan orang kepadanya.
Maka adab seorang hamba : Jika merasa bertambah taat ibadatnya dan ilmu ma'rifatnya harus merasa bahwa itu semata-mata kumia Tuhan, dan beihati-hati jangan sampai merasa bahwa itu dari kerajinan sendiri.
Dan jika mendapat tambah keduniaan, maka ini pula yang harus dianggap bahwa itu semata-mata kurnia Allah, dan harus waspada jangan sampai terkena bahayanya.
Adapun jika berupa pujian sanjungan orang kepadamu, maka kehambaanmu mengharuskan bersyukur kepada Allah yang telah menutupi keburukanmu, sehingga orang-orang hanya mengenal kebaikanmu, semata-mata.