-DUA KALIMAH SAHADAH-Dimanakah sandarannya? Apakah jawapannya? Bagaimanakah huraiannya?
SILA BACA KOMENT DAN TERBITAN YANG TERDAHULU UNTUK DAPATKAN MAKLUMAT LEBIH LANJUT .

20240621

Pendekatan 108: Maka tauhid itu tidak dapat menyelamatkannya dari api neraka.

Nikmat yang pertama Allah beri kepadamu adalah nikmat mewujudkan (menjadikan). Kemudian nikmat yang kedua Melengkapi keperluan wujudmu secara terus menerus. Dengan terus menerus dapat bantuan Allah kepadamu. 

Firman Allah

Allah menuangkan kepadamu nikmat zahir dan batin. Yang terang  dan yang samar. Yang terasa dan yang tidak terasa. 

Firman Allah

Tetapi Allah yang mencintakan kamu kepada iman, 

dan Allah yang menghias iman itu dalam hatimu, 

dan Allah yang membencikan kamu kepada kufur (kekafiran )

dan pelanggaran dan maksiat dosa.


Merekalah orang yang dapat petunjuk. 

فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَنِعْمَةً ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

(Mereka dijadikan berkeadaan demikian) sebagai limpah kurnia dan nikmat pemberian dari Allah; dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. (Al-Hujuraat 49:8) 

Dzun-Nun Al-Misri berkata :

Siapa yang di dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu tidak dapat menyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun kurnia dari Allah ta’ala. 

Seorang apabila telah merasa asal kejadiannya dari Allah dan kelanjutannya juga dari Allah. Merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang dihajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya. 


20240614

Pendekatan 107: Nikmat penciptaan dan nikmat penghidupan.

Dua nikmat yang tidak ada sesuatu makhluk yang terlepas dari keduanya yaitu nikmat penciptaan dan nikmat penghidupan. 

Kerana setiap makhluk asalnya tidak ada maka nikmat yang pertama diterimanya ialah nikmat penciptaan oleh Allah yang menjadikan makhluk itu ada / wujud.

Kemudian yang kedua dilanjutkan dengan nikmat penghidupan, yakni dilengkapkan keperluan untuk teruskan hidup, sebab bila tidak lengkap keperluan hidup maka makhluk tidak dapat bertahan dalam penghidupan di dunia.


20240607

Pendekatan 106: Bila Allah ampunkan dosa Si Pelacur dan batalkan amal Si Aabid.

Maksiat (dosa) yang menimbulkan rasa rendah diri dan mengharapkan Rahmat Allah, lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan besar diri. 

Abu Madyan Shuʿayb ibn al-Husayn al-Ansari al-Andalusi berkata : Perasaan rendah diri seorang yang telah berbuat maksiat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat.

Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan (hasanat) yang menimbulkan rasa ujub sombong, sehingga dapat menggugurkan segala amal-amal yang sebelumnya, dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah dan menyebabkan rasa tidak selamat dalam dirinya. 

Asysyaby meriwayatkan dari Al Khalil bin Ayyud, bahwasanya seorang aabid (ahli ibadah) Bani Israil ketika dia berjalan dengan dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur Bani Israil, maka tergerak dalam hati pelacur itu : Ini seorang aabid Bani Israil, aku ingin dekat kepadaNya. Maka ketika pelacur itu dekat kepada aabid itu tiba-tiba Si Aabid itu mengusir dengan berkata : Pergi engkau dari sini. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi saw. bahwa aku (Allah mengampunkan dosa pelacur itu dan membatalkan amal Si Aabid itu. Maka berpindah awan dari atas kepala Si Aabid ke atas kepala pelacur itu. 

Al-Harits Al-Muhassiby berkata : Allah menghendaki supaya anggota lahir ini sesuai dengan batinnya (hatinya), maka apabila sombong bongkak orang alim / aabid, sedang pelacur itu bertawadhu’ merendah diri, maka ketika itu si pelacur lebih taat kepada Allah dari Si Aabid dan Si Alim.

Ada pula kejadian ketika seorang aabid Bani Israil sedang sujud, tiba-tiba dipijak kepalanya oleh orang. 

Maka berkata aabid itu : Angkat kakimu, demi Allah tidak akan mengampunkan engkau. 

Maka Allah menjawab : Hai orang yang bersumpah dengan namaKu. bahkan engkau yang tidak diampunkan karena kesombonganmu.

Al-Harits dalam komentarnya berkata : Dia bersumpah karena merasa diri besar di sisi Allah, maka kesombongan dan ujub itulah yang tidak diampunkan oleh Allah